Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

Sherlock Holmes Best Episodes: Ranked by Me

Kamu suka nonton serial Sherlock Holmesnya BBC gak? Ituh.. yang Benedict Cumberbatch jadi Sherlock Holmes dan Martin Freeman jadi Dr. Watsonnya. Skenarionya ditulis Mark Gatiss (dalam serial berperan jadi Mycroft Holmes, kakaknya Sherlock), Stephen Thompson dan Steven Moffat.

Where's Mycroft?/Pic: bbc.co.uk

I love the series. Like.. a lot. I don't mind binge watching serial ini mulai dari episode pertama sampe terakhir seharian, trus besoknya diulang lagi, hehehe... Makanya sedih banget denger rumor bahwa season 4 ini jadi season terakhir. Meskipun sempat ada rumor bahwa masih ada kemungkinan akan lanjut ke season 5, tapi dengan berbagai alasan yang muncul (jadwal syuting padat, rating Final Problem yang drop, hubungan Cumberbatch dan Freeman yang dingin, dll) sepertinya gak usah banyak berharap.

Meskipun suka banget sama serial ini, tapi ga berarti kalo aku suka semua episodenya. Ada yang ngebosenin, ada yang biasa aja, ada juga yang bagus banget. Kalo diliat-liat, serial ini tiap episode ada polanya yang kalo dirangkum akan jadi seperti ini:

Episode 1: Pasti bagus. Semacam pemanasan, perkenalan tokoh baru, atau menyambung ending dari season sebelumnya.
Episode 2: Biasa aja, ngebosenin, kadang ga masuk akal, kadang mengada-ada. Sering ada clue untuk episode selanjutnya.
Episode 3: Pasti bagus. Seolah episode permintaan maaf karena episode sebelumnya boring dan sebagai pengingat how awesome this series could be.

Jadi kalau dibikin skor per episode, biasanya episode 1 skornya 8/9, episode 2 skornya 6/7, trus episode 3 balik lagi ke 8/9.

Nah kemarin di Twitter nemu artikel ini: http://www.empireonline.com/movies/features/sherlock-best-episodes/, urutan episode Sherlock dari yang paling bagus ke yang paling buruk. Total ada 13 episode, karena episode spesial The Abominable Bride dimasukin, tapi mini episode Many Happy Returns enggak. Saya banyak gak setujunya sama urutan versi Empire, makanya saya tulis versi saya di sini. Daftarnya saya urutkan dari episode yang paling membosankan ke episode yang paling menyenangkan:

[Contain Spoiler, of course]

14. The Blind Banker (S01E02)
Episode ini kunobatkan sebagai episode paling membosankan karena memang begitulah adanya. Setelah diperkenalkan dengan kasus yang agak rumit di episode 1, The Blind Banker ini malah terlalu berputar-putar dan lambat. 

13. A Study in Pink (S01E01)

Sebagai episode perkenalan, episode ini cukup berhasil bikin saya suka dengan serial ini. Observasi Sherlock Holmes divisualisasikan dengan menarik, ditambah karakter arogan, misterius, dan suka seenaknya dari Sherlock Holmes juga memberi kesan kalau serial ini ga akan ngebosenin kok. Sayangnya kasusnya kurang menarik, or let's say it's just not my favorite case.

12. The Lying Detective (S04E02)
Waktu nonton trailernya, sudah kebayang antagonisnya si Tobey Jones sebagai villain. Tobey Jones itu yang jadi Zola di Captain America: First Avenger. Kecil, pintar dan berbahaya. Saya sempet mikir, mungkin kesan ini juga yang pengen ditampilkan di sini, tapi sayangnya kasusnya ini malah gak jelas apa yang sebenernya mau diangkat.
 
11. The Hounds of Baskerville (S02E02)
Dibandingkan kasus lainnya di seri ini, The Hounds of Baskerville mungkin satu-satunya yang agak mistik, But as we all know, semua pasti ada penjelasan logisnya. It was a bit boring but still fun to watch.

10. The Sign of Three (S03E02)
Hidupnya Sherlock itu kayaknya selalu diikuti oleh kasus yang perlu dipecahkan. Waktu di nikahan John Watson dan Mary aja dia tetap harus mecahin kasus. Tokoh Mary Watson mulai jadi misterius di episode ini.

Mary and John Watson wedding/Pic: bbc.co.uk


9. The Six Thatchers (S04E01)
Episode ini adalah episode tentang Mary Watson. Tentang masa lalu dan masa depannya. Another shocking episode.

8. Many Happy Returns (mini episode)
Pertama kalinya liat Sherlock Holmes bangkit dari kubur. Meksi cuma keliatan siluetnya aja tapi udah bikin excited.

7. The Great Game (S01E03)
Kasusnya mulai bikin stres Sherlock Holmes nih. Mulai menarik, ehehee. Di sini juga Moriarty mulai keliatan psikopatnya. Makanya jangan ngeremehin Jim Moriarty.. *toyor Sherlock

A brilliant, insane genius Moriarty/Pic: bbc.co.uk


6. His Last Vow (S03E03)
Menurut Sherlock Holmes, Magnussen mirip hiu. Pergerakannya, wajah datarnya, mata yang mematikan. Magnussen di sini sebenernya ga jelas jahatnya apa, cuma dia punya informasi penting yang takutnya akan membahayakan hidup John, Mary, dan bahkan Mycroft.

5. The Abominable Bride (Special)
Seru karena penonton diajak main-main ke mind palacenya Sherlock Holmes. Penggambarannya juga bagus. Dan seperti kasus Sherlock Holmes sebelumnya, gak ada itu yang namanya manusia bangkit dari kubur. Semua pasti ada triknya.

4. The Empty Hearse (S03E01)
Yes, Sherlock is alive but how to tell this to John Watson?. Semua orang terdekat Sherlock tahu kalau Sherlock masih hidup kecuali John Watson. Wajar kalau dia marah banget sama Sherlock. Selain ngebahas beberapa teori tentang how Sherlock false his death, kasus episdoe ini juga terinspirasi dari Guy Fawkes Night.

3. The Reichenbach Fall (S02E03)
The day when Sherlock and Moriarty commit suicide, of course. Kasusnya juga seru karena Moriarty set up the whole case untuk menjebak Sherlock Holmes.


Series 4 is getting darker and darker. Did you notice the tone? Oh btw that's Mycroft. Pic: bbc.co.uk

2. The Final Problem (S04E03)
Saya bisa bilang ini episode paling melelahkan dan emosional sepanjang seri. Tegang dan sangat bikin penasaran mulai dari detik pertama. Kata-kata Mycroft yang  bilang bahwa Eurus sangat berbahaya bisa dibuktikan di sini. Menariknya, masih ada jejak Moriarty di sini meskipun dia sebenernya sudah meninggal sejak season 2. And if you really pay attention, clue tentang hadirnya Eurus ini sudah ada sejak episode His Last Vow.

1. A Scandal in Belgravia (S02E01)
Alasan kenapa episode ini jadi paling favorit adalah... jelas karena ada Irene Adler, hehehe. It's good to see our detective falling in love. Apalagi dia berusaha menyembunyikan ketertarikannya ke Irene Adler dengan wajah datar. Sorry kalo alesannya jadi cheesy, tapi enggak kok, teka-tekinya juga menarik. Satu hal yang bisa dipelajari dari episode ini, mulut boleh bohong tapi hati dan badan ga bisa bohong. Hahaha... Gotcha!.

Secara keseluruhan, secara cerita saya paling suka season 2. Mulai dari sweet, lucu dan tegang rasanya paling komplit ada di season 2, paling menghiburlah pokoknya. Kalaupun nanti serial ini akan lanjut sampai season 5, semoga ceritanya makin bagus dan teka-tekinya makin rumit.

What about you, what's your most Sherlock best episode?

Head to Head: Cek Toko Sebelah vs Hangout


Rasanya memang sedikit terlambat ya baru sekarang nulis tentang Hangout atau Cek Toko Sebelah. Mengingat sudah lebih dari dua minggu kedua film ini tayang di bioskop. Keburu ilang dari peredaran bioskop, hehe. Maaf. Tapi kan lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sebenernya draft postingan ini sudah mengendap lama, tapi selalu ada alasan untuk menyelesaikan tulisan yang lain.

Anyway, tulisan ini memang bermaksud membandingkan antara film Cek Toko Sebelah dan Hangout. Kenapa kok dibanding-bandingin, sementara sebagai manusia, kita pasti males kan kalo dibanding-bandingin 😜. Soalnya film ini punya banyak kesamaan. Pertama, tanggal rilis deketan cuma beda seminggu doang. Kedua, sutradaranya sama-sama berteman baik dan sama-sama komika. Ketiga, dua film ini sama-sama bikin aku gagal nonton filmnya di hari pertama tayang karena fans Ernest dan Dika buanyak buanget. Antrinya luar biasak. Kayaknya fansnya Dika sama Ernest udah nginep semalem sebelumnya di depan bioskop biar bisa dapet tiket. Jadi kayaknya bisa lah dua film ini dibikin head to headnya.

Hangout
Sutradara: Raditya Dika
Rumah Produksi: Rapi Films
Pemain: Raditya Dika, Prilly Latuconsina, Bayu Skak, Titi Kamal, Gading Marten, Soleh Solihun, Mathias Muchus, Dinda Kanyadewi, Surya Saputra


Foto: Twitter.com/HangoutFilm


Permis: 9 selebritis mendapat undangan misterius ke sebuah pulau lalu di sana mereka mati satu per satu. Mungkinkah pembunuh sebenarnya salah satu di antara mereka?.

Mungkin. Hahaha. Kok gini banget sih aku nulisnya. Yah maap. Abisnya logis aja lah kalau kematian itu pasti ada penyebabnya. Tinggal penyebabnya apa dan orang lain tahu apa enggak itu persoalan lain.

Hangout ini ceritanya semacam adaptasi dari novel misteri And Then There Were None - Agatha Christie. Saking populernya novel ini sampe-sampe lagu ini ada nursery rhymenya, Ten Little Indians. Ceritanya sama, sekumpulan orang lagi ngumpul di pulau, tapi akhirnya di sana justru mati satu persatu.

Ketegangan film Hangout dimulai dari kematian Mathias Muchus, yang seperti di trailernya, tewas mendadak setelah menyantap hidangan yang disajikan di pondok misterius. Trus seleb yang lainnya tewas dengan cara yang berbeda-beda. Kalau kamu sudah sering nonton atau baca adaptasi And Then There Were None, pasti mudah menemukan celah siapa pelaku dari kematian beruntun  ini. Bahkan sebenernya bisa ditebak dari uhm... sepertiga awal film, sebelum Mathias Muchus tewas. Nah lo.

Meskipun bisa ditebak, tapi Hangout masih tetap menarik untuk dinikmati sampai akhir. Ada sih beberapa bagian yang maksa dan bikin saya mikir "harus di bagian ini ya dibikin slapsticknya?" atau "harus gini nih lucu-lucuannya?". Tapi ya namanya aja film komedi. Sebagai film misteri, scoring dari film ini cukup berhasil meningkatkan ketegangan. Cuma kadang porsinya gak rata atau timingnya gak pas. Ada bagian yang kedodoran dan berasa kayak ini yang bikin serem scoringnya, bukan ceritanya.

Kalo soal akting, yang paling keren menurut saya adalah Surya Saputra dan Prilly Latuconsina. Yang paling biasa-biasa aja aktingnya adalah Raditya Dika. Terus terang saya bosan lihat peran-perannya gitu aja. Tapi sepertinya itu memang brandingnya dia. Dika di film, kalau sebagai Raditya Dika, akan jadi orang yang lugu dan plonga-plongo. Ini udah filmnya dia kesekian dan hampir semuanya sama. Coba lihat nanti deh di film terbarunya dia tahun ini kalo ga tahun depan, semoga treatmentnya beda.

Secara keseluruhan, Hangout menyenangkan untuk ditonton rame-rame. Lucu, misterius, dan menghibur. Skor 7/10.

Cek Toko Sebelah
Sutradara: Ernest Prakasa
Rumah Produksi: Starvision
Pemain: Ernest Prakasa, Chewkin Wah, Dion Wiyoko, Adinia Wirasti, Giselle Anastasia, Dodit Mulyanto, Arafah, Tora Sudiro


Foto: twitter.com/ctsmovie

Premis: Koh Afuk sakit-sakitan dan ingin mewariskan toko kepada anak bungsunya. Sementara si anak bungsu lebih memilih karir sebagai pegawai kantoran dan si sulung dipandang tidak mampu mengurus toko. Bagaimana nasib toko selanjutnya?.

Aku suka ide Ernest untuk mengangkat dinamika kehidupan di toko sembako sebagai tema film ini. Sebuah tema yang sangat bisa relate ke banyak orang. Belakangan saya baru tahu kalau Ernest dan Meira justru sempat tidak yakin tema ini akan cocok.

Sebagai sutradara, Ernest berhasil menghidupkan toko milik Koh Afuk bukan hanya penyambung cerita, tapi juga membuatnya benar-benar seperti keluarga. Interaksi antara karyawan toko yang sebagian besar adalah komika ini real banget. Ledek-ledekannya, sirik-sirikannya, berasa kayak mereka emang udah lama kerja di toko. Porsi bercandaannya pun pas, mereka ga cuma tampil sebagai figuran, tapi memang bagian penting dari komedi di film ini.

Untuk akting, menurutku yang paling keren adalah duet Adinia Wirasti dan Dion Wiyoko. Chemistry mereka bagus, dan pendalaman karakternya juga bagus. Asti sama Dion sampe punya panggilan sayang sendiri di dalam film, bener-bener kayak pasangan suami istri pada umumnya. Trus yang juga luar biasa adalah akting Chewkin Wah sebagai Koh Afuk. Asli bagus banget, natural. Justru akting Ernest yang agak kurang di sini. Padahal Ernest sudah sering main film lho, hehehe. There's still a room for improvement, semoga ke depannya dia makin bagus aktingnya dan cara penyutradaraannya karena Cek Toko Sebelah ini pembuktian kalau Ernest sudah sangat jauh lebih baik dari Ngenest.

Soundtrack juga ga kalah bagus. Ini kayaknya salah satu yang bikin betah nonton Cek Toko Sebelah. Duet The Overtunes dan GAC ini melebur sempurna di film ini. Lagu-lagu yang dipilih dan timing munculnya soundtrack ini ngebantu banget buat ngebangun film ini. Cek deh album soundtracknya, semuanya enak dan bagus-bagus.

Meskipun bagus, bukan berarti plot film ini sempurna. Aku malah agak keganggu dengan isu baru yang diselipkan menjelang penyelesaian masalah. Walaupun akhirnya bisa jadi jembatan ke solusi masalah, tapi rasanya tetep terlalu dipaksakan. 

Jadi kamu udah nonton Cek Toko Sebelah apa belum? Kalau belum, nonton ya.. Kalau udah, ayo ajakin yang belum nonton buat nonton, biar film ini bisa masuk 10 besar box office  film Indonesia, hehee.

Skor 8/10
(PS: Pastikan kamu nonton Behind The Scenenya. Gak kalah bikin ngakak!)

Di Balik Lagu Joan Baez - Here's To You

Currently listening Joan Baez - Here's To You on repeat. Ini lagunya kalo mau ikut dengerin:



Lagu ini sebenernya soundtrack film Sacco e Vanzetti, film yang disutradarai oleh Giuliano Montaldo dan rilis sekitar tahun 1971. Diangkat dari kisah nyata dua anarkis Italia, Nicola Sacco dan Bartolomeo Vanzetti, yang dihukum mati oleh Pengadilan Massachussets atas tuduhan pembunuhan dan perampokan.

Kasus Sacco dan Vanzetti yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik dan pedagang ikan keliling ini jadi sorotan internasional karena selain proses persidangannya cukup panjang, pengadilan berkali-kali menolak banding, dan Sacco-Vanzetti pun menolak grasi. Menurut mereka, menerima grasi berarti mengakui kejahatan yang tidak mereka lakukan.

Kenyataannya, di tahun 1970-an, empat puluh tahun setelah mereka dihukum mati, pemerintah Amerika terbukti salah menjatuhkan vonis. Barang bukti berupa pistol dan peluru yang dicari polisi ternyata berbeda dengan pistol milik Sacco dan Vanzetti. Sejarawan Howard Zinn mencatat mereka berdua dijatuhi hukuman mati hanya karena mereka anarkis dan warga negara asing.

Lirik lagu Here's To You ditulis Joan Baez sedangkan musiknya diaransemen oleh komposer hebat Ennio Morricone. Liriknya cuma 4 baris dengan baris terakhir diambil dari statement terakhir Vanzetti pada wartawan, tiga bulan sebelum eksekusi dijalankan. Lagu sekian menit ini isinya cuma 4 baris ini aja diulang-ulang:

Here's to you, Nicola and Bart
Rest forever here in our hearts
The last and final moment is yours
That agony is your triumph


Selain jadi soundtrack Sacco e Vanzetti, lagu ini juga muncul di film The Life Aquatic with Steve Zissou garapan Wes Anderson, dan di game Metal Gear Solid 4 dan 5. Hail Hideo Kojima!.

As for me, di luar cerita kalo lagu ini ternyata lagu tribute, mungkin saya suka lagu ini karena lagunya folk. Atau mungkin karena jarang-jarang ada folk tapi aransemen orkestra. Atau mungkin ya gak aada alasan khusus. Dengerin, suka, trus nempel terus berhari-hari.

Kamu sendiri gimana, lagi suka lagu apa?.

La La Land: Mimpi dan Kebesaran Hati

Kalo setelah nonton film trus besoknya masih kebayang-bayang filmnya, berarti itu film bagus. Karena kalo jelek pasti pengen ngelupain, bukan malah diinget-inget. Hehehe...

Kalo aku, salah satu film yang punya kesan kayak gitu adalah La La Land.

La La Land sudah masuk daftar wajib tonton sejak nonton trailernya, padahal ya cuma sekali aja nontonnya. Seperti yang pernah aku sebut di Twitter/Path, bahwa awalnya aku ngira aku bakalan suka film ini karena banyak hal. Bisa jadi karena ini kisah cinta-cintaan (i love it!), bisa jadi karena aku percaya chemistry Emma Stone dan Ryan Gosling, atau karena ini musikal yang soundtrack di trailernya aja sudah berasa lembut dan hangat. Itu adalah pendapat awal dengan modal cuma nonton trailer doang.


Foto: http://www.lalaland.movie

Setelah nonton filmnya ternyata....

Filmnya indah banget... opening scenenya aja bagus banget. Adegan nyanyi-nyanyi dan joget yang disyut dengan continuity di tengah kemacetan LA. Opening yang pas buat ngajak penonton masuk ke dalam film dan seolah-olah bilang:"this movie is gonna be fun!". Dan tahukah kamu kalau ini syutingnya di jalan tol beneran, bukan di studio? Sutradaranya emang ngeblok jalan tol dua hari demi adegan ini, luar biasa.

La La Land ini berkisah tentang dua orang yang tidak sengaja bertemu lalu saling bebagi mimpi dan ambisi masing-masing. They're here for each other. Ketika realita membelokkan mimpi mereka, satu sama lain kembali mengingatkan apa yang sebenarnya mereka cita-citakan. 

Foto: http://www.lalaland.movie
I love chemistry antara Ryan Gosling dan Emma Stone. Mungkin bener yang namanya film itu kayak jodoh. Emma Watson nolak film ini demi jadi Belle di Beauty And The Beast, sedangkan peran Sebastian tadinya akan diberikan ke Miles Teller. Rasanya gak apa-apa mereka gak jadi dapet peran di La La Land, karena toh Emma Watson sudah keliatan keren banget di trailer Beauty And The Beast dan Emma Stone juga cocok jadi Mia.

Sutradaranya, Damien Chazelle (Whiplash), pinter banget masukin referensi jazz di film ini tanpa keliatan seperti sedang menceramahi. Musik-musik jazz yang dimainkan juga bagus. Jazz murni, kalo istilahnya Ryan Gosling. Sempet kaget kenapa ada John Legend di sini, tapi rasanya peran itu emang cocok banget kalo John Legend yang main. You'll know why.

Selain soundtrack, tone film ini juga bagus, bikin mata betah nontonnya. Emma Stone cantik sekali meskipun dia cuma pake kemeja putih dan celemek, atau cuma pake dress dengan cutting sederhana dan warna polos. She's gold. Ditambah dengan set lokasi yang dipoles jadi indah, film ini jadi bikin pengen pergi ke tempat-tempat indah bersama pasangan.

Kudos untuk sutradara dan departemen artistiknya La La Land yang sudah membuat film ini jadi sedemikian cantiknya. Keindahan dan kehangatan La La Land membantu aku memaafkan dan menerima segala kepahitan dalam cerita. Kalau openingnya tadi bikin terpukau, 10-15 menit ending dari film ini bikin ngeremes-remes ujung baju. It's beautiful. And I keep telling to my self: It's okay, i understand. Yes, really. It's okay.

Aku kira adegan-adegan indah sepanjang film tadi akan jadi adegan terfavorit, tapi ternyata adegan terbaik justru senyuman di ending film (sorry a bit spoiler here). Dalam kehidupan nyata, butuh keberanian dan keteguhan hati untuk bisa melempar senyum semanis itu. Buktikan kalau gak percaya. Buruan ke bioskop.


The Age of Adaline: Tidak Semua Orang Mau Mencintai Selamanya

Disclaimer: This is not a movie review. Contain spoiler.

The Age of Adaline (http://theageofadalinemovie.com)

Iya jadi ini bukan movie review, cuma sekedar catatan setelah nonton film aja. Nulis ini pun karena beberapa hari belakangan lagi sering nonton The Age of Adaline yang ditayangin secara gantian oleh beberapa channel di tv kabel.

The Age of Adaline bercerita tentang kisah Adaline Bowman (Blake Lively) yang mengalami kecelakaan hingga membuatnya tidak bisa menua. Karena merupakan kasus langka, Adaline bahkan sempat jadi incaran penelitian FBI. Sadar hidupnya tidak akan biasa-biasa saja, Adaline kemudian memilih untuk tinggal berpindah-pindah dengan identitas yang berbeda-beda.

Secara logika, kalo jadi Adaline urusan administrasi pasti jadi persoalan utama. Paspor, KTP, Ijazah,dll pasti tiap beberapa tahun sekali bikin baru tuh. Tapi di film ini persoalannya dipersempit jadi soal asmara aja.

Bagi kamu-kamu yang sering beranggapan bahwa hidup abadi itu menyenangkan, coba tengok kisah cinta Adaline. Beberapa kali jatuh cinta, tapi harus tiba-tiba pergi dari sang kekasih karena dia gak siap untuk hubungan yang lebih serius. Adaline sendiri gak pernah cerita ke pasangannya kalau di sebenernya umurnya akan segitu-gitu aja. Mungkin dia takut kalau kelainannya ini kebongkar lalu dia jadi bahan penelitian FBI, atau dia takut si pasangannya tidak akan menerima kondisinya yang sebenernya. Kan bisa aja nanti si cowok menua sementara Adaline akan tetap cantik sepanjang masa (dan bener lho Blake Lively ini cantik banget sepanjang film). Di saat banyak orang ingin selalu awet muda, Adaline justru berharap dia bisa kembali normal dan bertambah tua.

Sampai akhirnya Adaline ketemu dengan Ellis Jones (Michiel Huisman, yang jadi Daario Naharis di GOT) dan mereka saling jatuh cinta. Di sebuah acara keluarga di rumah Ellis, Adaline baru menyadari kalau Ellis Jones adalah anak dari pacarnya dulu, William (Harrison Ford). Ini kalo beneran kejadian di Indonesia pasti udah jadi sinetron FTV dengan judul kurang lebih Pacarku Mantannya Ayahku. Keluarganya ribut nih pasti.

Yang aku dapet dari film ini, selain Blake Lively cantik banget dan Michiel Huisman ganteng banget, adalah... I feel sorry for Adaline. Karena kadang ketika kamu sudah bahagia dengan pasanganmu, kamu tiba-tiba harus menarik diri, hilang dari kehidupannya untuk selamannya. Lalu si pasanganmu akan bingung, heran, nyari kamu mati-matian, dan marah karena kamu hilang ga ada kabar.

Kamu sendirian. Bertemu seseorang lalu jatuh cinta. Pergi. Sembuh dari kehilangan, move on, jatuh cinta lagi, pergi lagi, begitu seterusnya. Berkali-kali kamu jatuh cinta dengan pikiran bahwa cinta ini tidak akan lama. Sejak awal kamu jatuh cinta kamu akan dihantui pikiran bahwa kisah cintamu akan berakhir suatu saat nanti dan kamu yang harus mengakhirinya. Berkali-kali jatuh cinta, berkali-kali patah hati. How could you fall in love that way?.

Lalu apakah solusi paling baik adalah menjaga diri supaya tidak jatuh cinta? Tapi sampai kapan?.

Susah jadi Adaline. Mungkin memang tidak semua orang mau mencintai selamanya, karena rasanya lebih sakit.

Untungnya, kisah Adaline diakhiri dengan happy ending. Termasuk salah satu film yang underrated karena temen-temenku pada bilang film ini jelek dan gak masuk akal. (Benjamin Button juga ga masuk akal tapi bagus kaan?). Meskipun banyak yang bilang jelek tapi sebenernya filmnya lumayan kok buat ngobati kangen film drama cinta-cintaan yang sekarang ini udah mulai jarang. Ceritanya ringan, castnya ganteng-ganteng dan cantik-cantik walaupun chemistrynya kadang keliatan kurang. But it's okay, still a fun movie to watch. Kalau aku sih parameter film drama itu gampang, kalo setelah nonton i feel warm, then it's a good movie.

And i feel warm. And happy 😊