Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

...is it the taste or the memories?

STMJ langganan di dekat rumah rasanya masih sama sejak pertama kali Papa mengajak saya dan kakak saya ke sana, ketika kami masih SD.

Kakak saya ketika pulang kampung kemarin, sempat membeli jajanan yang dulu sering dibeli waktu kecil. Kalau waktu kecil biasanya ia beli yang ukuran kecil, kali ini ia beli ukuran besar dan ia habiskan sendirian.

Menurut Mama saya, hot dog di Toko Andalas juga rasanya tidak berubah sejak Mama kuliah. Pembuatnya pun masih sama, seorang bapak tua yang selalu stand by di pojokan toko.

Saya masih ingat rasa kuah bakso di kantin SD saya. Bukan hanya rasa kuahnya, bahkan aroma khusus yang tercium ketika masuk ke kantin bakso pun saya masih hafal.

Sampai sekarang kami masih sering membeli makanan/minuman tersebut. Kecuali soal kantin bakso di SD saya karena memang sudah banyak berubah. Ketika beberapa hari lalu saya beli STMJ di dekat rumah, saya jadi bertanya: Kenapa kami masih suka dengan makanan/minuman tersebut? Apakah karena rasanya yang memang enak atau karena kenangan yang tak sengaja ikut tergali?

Entahlah :D.


Menurutmu?

takdir. jodoh. yah gitu lah.

Tadinya saya mau nulis satu cerita yang agak panjangan di postingan ini. Tapi karena saya bingung mulai cerita dari mana, akhirnya inti cerita dari calon postingan saya tadi saya singkat saja jadi satu postingan twit:

takdir akan menempatkan kamu di tempat yang seharusnya :)
Gpp deh gak tersampaikan di blog, yang penting udah ditwit :D. Karena gak jadi ngeblog, saya matikan laptop dan duduk manis depan tv, bersiap nonton NBL Selection vs NBA Legends, sebuah pertandingan persahabatan (atau hiburan?) antara pemain NBL Indonesia melawan pemain NBA yang tergabung dalam USA Legends.

Niat untuk meneruskan posting ini muncul lagi setelah di acara tersebut Kak Idan (@mainbasket) yang malam itu menjadi komentator, cerita sedikit tentang Cedric Ceballos. Cedric Ceballos adalah salah satu pemain NBA yang tergabung dalam USA Legends dan ikut meramaikan pertandingan NBL Selection vs NBA Legends.

Ternyata cerita tentang Cedric Ceballos masih nyambung sedikit dengan postingan saya. Menurut Kak Idan, Cedric Ceballos pernah bilang kalau jiwanya sebenarnya di musik. Pernah bimbang memilih antara musik atau basket, akhirnya setamatnya dari sekolah ia memilih untuk serius di basket. Lucunya, ketika sedang menekuni basket, Cedric menemukan jalan untuk kembali bermusik. Bersama pemain NBA lainnya seperti Shaq, Jason Kidd dan Gay Payton, Cedric merilis satu album kompilasi berjudul "B-Ball's Best Kept Secret" dimana Cedric menyumbang satu single berjudul "Flow On". Lebih lanjut, Cedric bahkan punya satu program tv sendiri. Di dunia basket, Cedric adalah juara kontes Slam Dunk tahun 1992. Dari salah satu video di Youtube, saat itu dia melakukan dunk dengan mata ditutup kain hitam. Seperti kata Kak Idan, Cedric memang tidak bisa jauh dari urusan menghibur penonton.

Itu juga yang saya maksud dari tweet saya sebelumnya: bahwa takdir akan membawa kita pada tempat yang seharusnya. Boleh juga ditambahkan : "sekalipun jalannya berliku dan butuh waktu panjang". Cerita Cedric cuma salah satunya. Rasanya banyak cerita lain yang serupa. Saya percaya kalau suatu saat kita akan mendapatkan sesuatu yang memang untuk kita. Sesuatu yang mungkin awalnya sangat kita hindari tapi ujung-ujungnya ketemu juga. Sesuatu yang sangat kita cintai tapi jalan untuk ke sana belum ada. Sesuatu yang sangat kita cita-citakan tapi belum tau bagaimana mewujudkannya.

Dan "sesuatu-sesuatu" yang lain yang pada intinya, kalau sudah jodoh pasti akan ketemu.

Entah gimana caranya. Entah kapan.